KABARSULA.COM – Madrasah Aliyah (MA) Al-Islah Desa Waigoiyofa, Kecamatan Sulabesi Timur, Kabupaten Kepulauan Sula (Kepsul) menerima kunjungan istimewa dari MA dan MTs Rahmatullah desa Kou, Kecamatan Mangoli Timur, dalam rangka gelar Studi Wisata Religi dan Revitalisasi Budaya.
Kunjungan ini merupakan silahturahmi sekaligus membangun ukhuwah antar-madrasah dan MTs dalam memperkaya pemahaman keagamaan dan mempromosikan kearifan lokal.
Kegiatan studi wisata ini juga diisi dengan berbagai kegiatan seperti pentas seni dan olahraga. Tujuan utama dari pertukaran ini adalah memperkuat pemahaman agama Islam sambil mempromosikan toleransi antar-madrasah dan MTs untuk melestarikan budaya lokal.
Acara tersebut dihadiri Kepala Kemenang Kepsul Saiful Djafar Arfa, S.Pd,. M.Pd.I, KTU Yamin Jul, S.Sos.I, Kepala Seksi Pakis Agama dan Keagamaan Samsudin Nuhu Yanan, S.Ag,. M.Si, Bendahara Hasim Upacara, S.Pd.I, Sesepuh, Hi. Abdul Muluk Duwila, Kades Waigoiyofa Gairil Basahona dan Staf, Hakim Sara, serta sejumlah tamu undangan.
Kepala MA Al-Islah desa Waigoiyofa, Hi. Isra Sibela, dalam sambutannya menyampaikan, kegiatan ini dalam rangka pentas seni dan jalin ukhuwah antara MA Al-Islah Desa Waigoiyofa dan MA, MTs Rahmatullah desa Kou, Kecamatan Mangoli Timur, sekaligus dirangkaikan dengan upacara bersama pada Hari Santri Nasional tahun 2023 yang bertempat di lapangan bola kaki Faligtaf desa Waigoiyofa pada Minggu, 22 Oktober 2023 kemarin.
“Insyaallah mudah-mudahan apa yang kita laksanakan ini dengan ikhlas dan nawaitu kita yang baik, walaupun menyebrang lautan berhadapan dengan ombak tetapi Alhamdulillah kita bisa bertemu di Fagud matua (Fagudu tua,red) yang sama-sama kita cintai ini,”kata Hi. Isra Sibela, Senin (23/10/2023)
Lanjut, kata Isra, yang terjadi saat ini bukanlah hal yang gampang. Dengan perjuangan yang keras, selaku manusia biasa tidak bisa dipikirkan kenapa bisa terjadi. Alhamdulillah mereka (MA Rahmatullah) desa Kou bisa sampai di tempat leluhur kita yakni desa Waigoiyofa.
“Secara pribadi, saya selaku kepala MA Al-Islah Waigoiyofa mengucapkan terimakasih kepada kepala sekolah dan guru-guru serta siswa-siswi yang mendatangi kami di tempat ini. Karena bekerjasama antara MA dan MTs Rahmatullah Kou dan MA Al-Islah Waigoiyofa,”ucapnya.
Pada kesempatan itu, kepala MA Rahmatullah desa Kou, Anwar Duwila menyampaikan, kegiatan Wisata Religi yang dilaksanakan oleh MA Al-Islah bekerjasama dengan MA Rahmatullah desa Kou ini kami tidak bisa membayangkan, dari awal kami beranggapan bahwa kegiatan ini hanya bisa-bisa saja, tapi setelah sampai di desa Fagud matua, satu hal yang sangat luar biasa terjadi.
Mulai dari penjemputan hingga saat ini kami tidak bisa membayangkan bahwa kami bisa dilayani seperti ini. Dengan jumlah kurang lebih 70-80 orang itu menurut kami sangat banyak, tapi kami dilayani sampai sekarang tidak ada satupun kekurangan.
“Terus terang sebenarnya dari awal tidak ada agenda untuk datang di Waigoiyofa, hanya karena rasa keterpanggilan saya secara pribadi, saya berharap jangan ada kalimat bahwa saya datang, tetapi saya pulang di kampung saya yakni Fagud Matua, desa Waigoiyofa, karena inilah tempat kelahiran leluhur saya di Fagud Matua yang sama-sama kita cintai ini,”beber Anwar.
Tidak hanya itu, Kepala desa Waigoiyofa, Gairil Basahona, dalam sambutannya menyampaikan, kegiatan ini bukan akhir dari segalanya akan tetapi ini adalah langkah awal generasi kita saat ini. Kenapa saya sebut langkah awal, karena langkah ini sudah terjalin sebelumnya sudah terjadi mungkin kita semua belum terbentuk dalam nukfa.
“Pada tahun 1.200, desa Waigoiyofa sudah dikenal dengan nama belajar agama di Fagud Matua. Hari ini orang Waigoiyofa sendiri menyatakan bahwa KH. Abdurrahman, kita menyebutnya beliau itu orang dari Jawa, padahal sesungguhnya beliau adalah orang Fagud Matua yang dikirimkan kurang lebih 10 orang untuk belajar agama di Arab Saudi dan kemudian kembali lagi ke Waigoiyofa dan disebut beliau imam Jawa,”ungkap Gairil Basahona.
Gairil menambahkan, semoga dengan toor atau wisata religi ini menjadi motivasi kita untuk selalu menelusuri jejak langkah pendiri-pendiri yafai Fagud Matua saat ini. Ia juga menjelaskan, kita yang ada saat ini disebut suku Fagud, kita dibagikan menjadi 44 marga yang ada di Kabupaten Kepulauan Sula dan diluar sana.
“Saya secara pribadi ingin menyampaikan bahwa sadar atau tidak sadar di desa Waigoiyofa sendiri kita tinggal 6 marga, berati puluhan marga mereka berada di luar dari desa Waigoiyofa. Bukan berati mereka itu bukan orang Fagud Matua atau desa Waigoiyofa tetapi mereka-mereka itu juga bagian dari orang Waigoiyofa yang berada diluar sana,” pungkasnya. (Red)